Ketika Hati Gelisah Melihat Kemaksiatan: Sebuah Renungan Tentang Ghirah dan Kepekaan Iman

Bagikan Keteman :


Tuhan, mengapa dengan hatiku ini?
Hatiku gelisah, hatiku penuh kecemburuan. Bukan karena cinta dunia, tapi karena tak sanggup menerima ketika larangan-Mu dilanggar oleh manusia, apalagi oleh orang-orang terdekatku sendiri. Hatiku bergemuruh ketika melihat riba dinormalisasi, suap dianggap hal biasa, kebohongan menjadi alat kelicikan, dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya dilakukan seolah tanpa beban dosa.

Mengapa aku merasa seperti ini?
Apakah aku terlalu sensitif?
Ataukah ini adalah bagian dari fitrah hati yang Engkau jaga dengan iman?

Sesungguhnya ini adalah tanda bahwa hatimu masih hidup.

Dalam Islam, perasaan ini dikenal sebagai ghirah—kecemburuan hati terhadap pelanggaran terhadap hak-hak Allah. Ghirah adalah bentuk cinta sejati kepada Allah, yaitu ketika kita tidak rela jika syariat-Nya dihina, perintah-Nya diabaikan, atau larangan-Nya dilanggar.

Nabi Muhammad SAW sendiri adalah manusia paling mulia yang memiliki ghirah luar biasa terhadap pelanggaran agama. Namun, beliau tidak berubah menjadi keras, kasar, atau membenci manusia. Sebaliknya, beliau menyampaikan dengan hikmah, penuh kasih sayang, dan sabar dalam perjuangan.

Maka bagaimana seharusnya kita menyikapi kegelisahan ini?

  1. Terimalah bahwa kita tidak bisa mengontrol semua orang.
    Tugas kita bukan memaksa manusia untuk taat, tapi mengajak, menasihati, dan menjadi contoh nyata dari nilai-nilai Islam. Hidayah tetap milik Allah. Bahkan Nabi pun tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang beliau cintai, kecuali dengan izin Allah.
  2. Jadikan rasa cemburu itu sebagai energi untuk berdakwah.
    Jangan biarkan ia berubah menjadi kebencian atau kesedihan yang melemahkan. Ubah ia menjadi doa yang tulus, langkah yang lembut, dan lisan yang penuh hikmah. Kita bukan hakim bagi dosa orang lain, tapi bisa menjadi obor cahaya bagi mereka yang masih dalam gelap.
  3. Ingat, semua manusia pernah berdosa.
    Barangkali mereka belum sadar, atau sedang diuji sebagaimana kita juga pernah diuji. Maka bersikaplah dengan rahmat, bukan hanya dengan kemarahan. Sebab hati manusia tidak akan tersentuh dengan makian, tapi dengan kasih yang benar dan sabar.
  4. Rawat hatimu agar tetap bersih dan tidak putus asa.
    Jangan biarkan dunia yang gelap memadamkan cahaya imanmu. Teruslah mendekat kepada Allah, perbanyak dzikir, perkuat ilmu, dan jadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk jiwa. Hati yang gelisah karena Allah, akan Allah tenangkan dengan cara-Nya.

Penutup

Jika hatimu gelisah saat melihat maksiat, jangan anggap itu kelemahan. Itu adalah kepekaan iman yang perlu diarahkan dengan bijak. Jangan padamkan cahaya itu, tapi jagalah agar ia menyinari dirimu dan orang-orang di sekitarmu. Karena dunia ini masih butuh hamba-hamba Allah yang hatinya tidak mati—yang menangis saat manusia melupakan Tuhannya.

Semoga hatimu tetap hidup, tetap cemburu, tapi juga tetap lembut dalam cinta kepada sesama.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment